Sin # 1: Boys And Their Toys
Berpuasa satu bulan penuh bukan hal yang sulit buat sayah. Pertama, sayah bukan pecinta makanan. Kedua, sayah memang mudah mengontrol makan. Ketiga, sayah bahkan malas makan. Satu bulan puasa dapat dengan mudah sayah lalui bila sayah punya bacaan, tontonan, dan kerjaan yang cukup.
Sedikit pengetahuan sayah tentang puasa, tapi sayah cukup tahu bahwa puasa bukan tentang menahan lapar. Kalau sayah tidak salah, puasa justru tentang menahan nafsu. Lapar mungkin adalah nafsu yang paling primitif. Artinya, dalam sirkumstansi sayah, tidak ada yang membanggakan bila selama satu bulan yang ditahan-tahan hanya makan.
Sayah juga tidak gila belanja. Sayah sangat jarang membeli barang tanpa perhitungan. Semua barang yang sayah beli selalu ada perhitungan produktivitasnya, bahkan untuk semua koleksi buku-film-musik sayah. Yang sayah dapat dari koleksi sayah selalu sayah bagikan di kelas, tulisan, dll. Bila pun sayah beli karena lapar mata, sayah tetap hitung nilai produktivitasnya (seberapa lebih baik, cepat, dan banyak kerja sayah dengan benda itu). Sayah kemudian anggap nilai tersebut sebagai tanggung jawab baru sayah.
Sayah tahu jelas nafsu sayah paling letal. Beberapa orang mungkin pecinta makanan, beberapa fesyen, beberapa seks, beberapa masalah. Sayah adalah pecinta teknologi. Guru SD sayah mengatakan bahwa adalah dosa melihat wanita dengan nafsu. Guru-guru dan orangtua sayah tidak perlu kuatir terhadap sayah tentang yang itu. Yang mereka seharusnya kuatir adalah bahwa sayah melihat benda teknologi dengan penuh nafsu. Payahnya, menahan nafsu ini tidak diajarkan ketika sayah sekolah. Nalar dan judgment sayah bisa runtuh dalam hitungan detik.
Pada Januari 2004 Creative Corp mempublikasikan prototipe portable movie player —Zen PMC. Benda sebesar walkie-talkie dengan kapasitas hard disk 20 GB tersebut memiliki layar 5 inci untuk menonton film. Sejak publikasi tersebut, sayah bernafsu untuk punya. Celakanya, Zen dirilis awal Ramadhan ini. Sayah pun luluh. Celaka plusnya, kali ini alasan sayah membeli adalah pure pleasure, pure id. Sayah tidak peduli nilai produksinya, sayah butuh punya benda tersebut. Sampai hari ini, benda tersebut sudah penuh dengan pertunjukan-pertunjukan live Dave Matthews Band, cuplikan-cuplikan film favorit sayah, plus film penuh Keeping The Faith.
Tidak lama setelah itu, nafsu sayah pun bablas untuk gadget kedua. Sebuah MP3 player berkapasitas 40 GB jatuh ke tangan sayah. Lagi-lagi, sayah tidak punya justifikasi profesional untuk barang ini. Murni hiburan.
Sampai malam ini sayah masih merasa membeli dua benda tersebut sama dengan batal puasa satu bulan penuh.
Sin # 2: Vicious Family Cycle
Mungkin sayah satu dari sedikit orang yang tegang menjelang Hari Raya Ied —tegang tidak senang. Kumpul keluarga besar pada hari raya bukan hal yang menyenangkan buat sayah. Dalam satu tahun penuh, tidak sekali pun kami berkumpul sehingga ide bertemu satu tahun sekali untuk bermaaf-maafan terdengar idiot buat sayah. Satu-satunya dosa keluarga kami justru selama satu tahun tidak berhubungan, tapi tidak satu pun dari kami yang meminta maaf untuk kesalahan tersebut. Tahun demi tahun kami melakukan kesalahan yang sama dan tidak satu pun berniat mengadakan perbaikan.
Salah satu lagu Dave Matthews Band yang pertama sayah dengar, Ants Marching, sangat mendeskripsikan bagaimana kita take things (or other people for that matter) for granted. Banyak yang sayah ingat tentang lagu ini, termasuk bahwa saat pertama kali sayah dengar adalah Bulan Ramadhan. Lagu ini cukup sayah asosiasikan hubungan sayah dengan keluarga besar sayah.
We looked at each other
Wonder what the other was thinking
But we never say a thing
And these crimes between us grow deeper
Sayah tidak bilang bahwa sayah tidak bersalah. Sayah mungkin yang paling kurang ajar di keluarga. Ketika kuliah, saat komunikasi sayah-ayah sayah makin terbuka, sayah menceritakan pikiran sayah. Sayah juga mengatakan bahwa tiap Hari Raya Ied datang, yang ada di benak sayah adalah strategi tidak ikut silaturrahmi. Sejak itu, sayah tidak harus berpura-pura lagi. Selama sayah masih enggan, sayah tidak perlu pergi.
Tiap tahun, dosa itu makin menguat. Juga Hari Raya Ied ini.
3 comments:
Selamat hari raya idul fitri...
yup, setuju sama dosa kedua. pertemuan keluarga besar (at least buat aku pribadi) selalu berakhir dengan perasaan gak enak. dibanding-bandingin sama sepupu yang lebih sukses lah, ditanya-tanya, lagi pacaran sama siapa (dan yang paling nyebelin, yang paling pertama ditanya pasti SUKUNYA!!! arrgh) ditanya tentang rencana masa depan...badan tambah gemuk...yadda yadda yadda...aaaaaaaaaarrrrrrrgh...
frankly,berkumpul dengan keluarga besar justru menyenangkan buat saya, funny, laughing =P
Pernah satu kala, saya, kakak, sepupu, tante, om, ibu,papa,dll ngobrol2 seru cekikikan di atas tempat tidur, dempet2an, tanpa sadar tempat tidur itu sudah sangat kelebihan beban. Dan...benar saja, tempat tidur itu ambrol...gubraaak, kayunya patah. Hahaha..that's the funniest thing to remember in the warm-hearted big family.
Post a Comment