Friday, November 19, 2004

Ending Of A Song

Beberapa hari yang lalu sayah dan Adoy membunuh waktu di sebuah tempat umum. Setelah kira-kira setengah jam berlalu, lagu yang diputar di tempat tersebut adalah Baby, I Love Your Way-nya Peter Frampton (Sebetulnya yang diputar adalah cover version-nya Big Mountain. Cover version yang lumayan bagus, by the way).

Sebetulnya kami tidak terlalu memperhatikan lagu tersebut, tapi tiba-tiba Adoy ikut bernyanyi di bagian hampir-akhir lagu tersebut, dan berkata: ‘Modulasi, mas!’. Adoy memang sangat sensitif terhadap penggunaan modulasi pada lagu apa pun. Ia kemudian berkomentar sambil menggeleng-geleng dan tertawa sendiri (sayah belum ikutan) , ‘Menurut gue modulasi adalah cara murah untuk mengakhiri lagu lho.’ Pada saat tersebut baru sayah bergabung tertawa (sedikit). Seperti biasanya, hal-hal kecil seperti ini selalu mengundang diskusi lebih lanjut yang —biasanya— setelah selesai kami sadar tidak perlu.

Ada tiga macam akhir-lagu, paling tidak yang sayah tahu: mengulang-ulang, menggantung, dan modulasi. Menurut sayah (doy) , mungkin modulasi tidak perlu dilihat dari sisi murahnya (kalau memang murah ya), tapi sebuah itikad baik seorang musisi mempersiapkan pendengarnya untuk berpisah dari lagu tersebut. Hampir semua orang mungkin tahu bahwa bila modulasi datang, artinya umur lagu tersebut mungkin tinggal ulang satu bait lagi.

Paling tidak cara ini lebih ‘baik hati’ dibanding mengulang-ulang bagian akhir lagu tersebut. seperti mempermainkan perpisahan antara pendengar dengan lagunya: ah ulang lagi ah, ah ulang lagi ah, ah ulang lagi ah (Sting sangat sering melakukan ini, satu contoh yang juga kejam adalah Iris-nya Goo Goo Dolls).

Cara yang paling kejam adalah memotong lagu tersebut (misalnya: Accidentally In Love-nya Counting Crows, Roll To Me-nya Del Amitri). Lagu-lagu tertentu memang ternyata lebih pantas diakhirnya menggantung. Ada beberapa lagu yang sayah tahu dan punya rekamannya yang diakhiri menggantung. Ada kalanya sayah berharap lagu tersebut tidak diakhiri demikian karena sayah ‘tidak siap’. Namun kemudian, setelah mendengar versi live-nya, dimana si musisi mengulang-ulang bagian akhir lagu tersebut, sayah malah terganggu. Sayah malah berharap ia mengakhirinya seperti layaknya di album rekamannya. Sebetulnya tidak jelas juga mengapa sayah mengeluh: karena ternyata lagu tersebut lebih cocok digantung atau karena sayah sudah terlanjur terbiasa dengan versi ‘gantung’-nya.

Anyway, as not important this is, itu pendapat gueh tentang modulasi, Doy!

No comments: